Mau dibawa ke mana hubungan kita?

5:08 PM

Sama halnya dengan orang kebanyakan. Tiap tahun baru tiba, semua berlomba menuliskan harapan dan target yang biasa disebut resolusi. Ah, ternyata aku melupakan kata hits tersebut di awal tahun lalu (baca: 2017).

Resolusi langsung melejit masuk di jajaran pencarian teratas tiap pergantian tahun. Seperti kataku, aku melupakan kata resolusi di awal tahun 2017. Aku merasa 'nggak penting' dan masa bodoh dengan resolusi di tahun baru. Padahal bagiku, sejauh ini target, harapan, keinginan adalah hal wajib yang melekat dari hidupku.

Hampir setiap tahun, aku selalu menuliskan impian, target, keinginan lewat secarik kertas. Kadang ku tempel di kamar sebagai pengingat dan pemantik semangat saat pikiran negatif datang. Aku juga pernah menulisnya lewat postingan ini.

foto: salah langkah menyesal kemudian.
Keadaan berbeda 180 derajat di tahun 2017. Aku merasa 'apaansih?' nggak penting dan enggan membuat keinginan atau target. Tentu itu hanya alibi untuk menutupi kenyataan hehe.. Kenyataan bahwa aku takut untuk bermimpi. (ASTAGA! UWE BISA SAMPAI DI TAHAP INI. NYEBUT VIN!)
Ya, aku harus mengakui bahwa tahun 2017 kemarin. Aku nggak berani memasang target ataupun mimpi. Lingkungan sekitarku kala itu seakan menyerukan bahwa mimpi itu nggak bakal terwujud. (Sekarang pas inget saat itu, rasanya pengen nampol. EH VIN! LU NAPA PESIMIS BANGET SIH. HUUUUUUUU).

Sadar betul, karena tak memiliki arah dan target pasti. Selama 2017, aku memproklamirkan 'udah jalani aja'. Yaudah, apa yang ada di depan mata dilakuin sebisanya. Nggak ngoyo, nggak muluk-muluk yang penting kelar dah! Sesederhana atau lebih tepatnya sependek itu pemikirannya. Hiks.

Udah jalani aja.
Aku pun nggak punya arah yang jelas. Semua kesempatan yang ada, aku libas dengan prinsip 'YOLO'. Udah coba aja, kapan lagi dapat kesempatan? Udah terima aja. Udah bersyukur aja.

Pada permulaan memang tak ada masalah. Lambat laun, aku menemukan masalah yang datang dari diri dan lingkungan. Aku yang terbiasa memiliki target, sekarang seolah kehilangan jati diri. Hmmm nggak juga sih sebenarnya. Dalam batin terjadi pergejolakan yang membuatku berpikir, "kok aku jadinya gini-gini aja ya?"

Saat itulah, aku berada di titik bawah. Aku tak tahu bagaimana berpindah dari kondisi tersebut? Ada sedikit penyesalan dalam hati. Meskipun pada akhirnya, aku tetap memilih untuk berdamai dengan pilihanku. 

"Kamu masih muda, Vin. Masih banyak kesempatan," kata seseorang padaku.


foto: Semua memang terlihat nggak gampang tapi entah aku merasa semesta memberikanku positif vibes.
Evaluasi diri
Akhirnya, aku kembali menjadi diriku sendiri. Menuju akhir 2017, aku semakin yakin untuk membuat resolusi di tahun 2018. Resolusi yang bagiku harus terwujud! Aku belajar dari pendakianku di Ijen. Semua bisa terwujud! Klise tapi beneran suer. Aku kembali memproklamirkan prinsip 'nothing is impossible' yang sejak SMP ku jadikan motto hidup.

Aku mulai merangkai dan menyusun target di tahun 2018. Mulai dari hal kecil untuk selalu bersyukur, naikin kadar sedekah dari tahun sebelumnya, rutin minum air putih, bangun lebih pagi, baca buku nargetin 25 buku setahun sampai pergi ke luar negeri. Doain ya bisa lanjut ke luar! Aamiin

Ada banyak banget list harapan di tahun 2018. Semua memang terlihat nggak gampang tapi entah aku merasa semesta memberikanku positif vibes. Aku mulai menuliskan mimpi bersama. Bukan tentang diriku saja tapi tentang orang lain. Mimpiku kelak akan menjadi mimpi kita bersama.

Memaklumi dan menerima kenyataan lebih baik daripada mengabaikannya.
"Seperti patah hati, itu bagian dari proses menuju dewasa. Dinikmati aja sakitnya, jangan ngoyo untuk melawannya," kata sahabatku. 
Kamu pasti pernah merasakan hal yang sama denganku? Percaya, Allah swt nggak akan terus-terusan menempatkanmu pada posisi tersebut. InshaAllah pasti akan berganti jadi lebih baik! Jadi mau dibawa ke mana masa depan kita? Semua di mulai dari dirimu, dari dalam hati dan pikiranmu. :)

Regards,

You Might Also Like

0 comments